(AGAPORNIS NIGRIGENIS)
Nama
Lain dalam berbagai Bahasa :
·
Danish -
Sodbrunhovedet dværgpapegøjer
·
Dutch -
Zwartwangagapornis ; Nigrigenis
·
English -
Black-cheeked Lovebird
·
French - Inséparable à
joues noires ; Perruche à joue noire
·
German – Rußköpfchen
·
Italian - Inseparabile
a guance nere
·
Portuguese –
Nigrigenis
·
Slovak - Agapornis
hnedohlavy
·
Spanish - Agapornis
nigrigenis
·
Swedish - svartkindad
dvärgpapegoja
Scientific classification:
·
Orden: Psittaciformes
·
Familia: Psittaculidae
·
Genus: Agapornis
·
Nombre
científico: Agapornis nigrigenis
· Protónimo:
Agapornis nigrigenis
Asal : Zambia dan
Zimbabwe
Panjang :13,5 cm,
Berat 36-52
gram.
Tinggi : 13 hingga 14
cm
Karakter : Pemalu
Panjang Umur : 20
tahun
Burung Agapornis Nigrigenis Dewasa:
Bulu umumnya berwarna hijau, lebih kekuningan pada tubuh bagian
bawah dan tunggir; dahi dan ubun-ubun depan berwarna coklat kemerahan;
ubun-ubun belakang dan tengkuk berwarna hijau kekuningan tua; lorus,
kerongkongan, dan pipi berwarna hitam kecoklatan, bagian atas dada berwarna
merah oranye pucat; ekor berwarna hijau; lingkar di sekeliling mata berwarna
putih; paruh berwarna merah tua; iris berwarna cokelat; kaki berwarna coklat
keabu-abuan.
Burung Agapornis Nigrigenis Muda
serupa dengan burung dewasa, pada pangkal paruh bagian atas
terdapat bercak kecil berwarna hitam; iris berwarna cokelat muda.
Penyebaran Agapornis Nigrigenis :
The Black-cheeked
Lovebird mereka memiliki daerah penyebaran yang sangat terbatas (hanya seluas 6.000 km2), dari South Kafue National Park, ke Zambia bagian barat daya (sebagian
kecil), di sepanjang lembah Zambezi hingga ke Victoria Falls, Zimbabwe.
Beberapa burung, juga tersebar di wilayah Zambezi, bersebelahan dengan Namibia ujung timur laut,
misalnya, Isla Impalila di pertemuan sungai Zambezi dan juga di ujung paling
utara Botswana.
Love Bird Kacamata Pipi Hitam
mendiami hutan gugur dimana persediaan air tetap ada. Pada
musim kemarau burung burung ini dapat berkumpul dalam kelompok besar hingga mencapai 800 atau bahkan lebih.
Lovebird
Kacamata Pipi Hitam juga bisa ditemukan di hutan Mopane
(Colophospermum mopane) dan Akasia, di lembah-lembah sungai yang berada pada ketinggian
antara 600 dan 1.000 m yang berdekatan dengan hutan pohon Baikiaea
plurijuga, di mana mereka bias bergantung selama musim hujan. Mereka juga menyebar di hutan yang berdekatan dengan pantai.
Area inti pada hutan
Mopane hanya memiliki luas sekitar 2.500km2. Pada musim kemarau burung-burung akan
datang ke ladang ketika tanaman mulai matang sehingga menyebabkan beberapa
kerusakan.
Mereka melakukan
perpindahan ketika pergantian musim tiba.
Banyak Lovebird Black-cheeked
dipelihara dalam penangkaran, terutama di Afrika Selatan.
Masa Berkembang Biak :
Perkembangbiakan spesies ini hanya diketahui melalui penangkaran.
Masa berkembang biak dan musim kawin terjadi pada bulan November-Desember dan
diperkirakan bulan September untuk yang mendiami disekitar air terjun Victoria.
Agapornis Nigrigenis
lebih mudah bergaul daripada Lovebird lainnya.
Betina biasanya akan bertelur sampai empat telur, masa pengeraman selama 24
hari. Burung muda akan meninggalkan sarang setelah usia 40 hari.
Makanan:
Kebutuhan akan air minum setidaknya dua kali sehari dan ini sangat
penting untuk menentukan aktivitas harian dan musiman dari Agapornis
nigrigenis. Diluar musim kawin, spesies ini banyak berkumpul dalam kelompok yang
besar hingga 800 burung, jumlah itu mencapai puncaknya pada pagi dan malam hari,
ketika burung berkumpul untuk minum dan memberi makan.
Lovebird Black-cheeked sangat menyukai makanan berupa biji
rumput, sereal, bunga, tunas dan buah. Makanan yang dikenal termasuk biji
Amaranthus, Rottboellia tinggi, Rhus quartiniana, Albizia anthelmintica,
Combretum massambicense, Syzygium guineense dan rumput Hyparrhenia dan
Eragrostis, juga daun muda Pterocarpus antunesii. Mereka juga memakan beberapa
jenis sayuran, larva serangga, jagung dan sorgum milet.
Konservasi:
·
Daftar UICN saat ini:
Rentan
·
Kecenderungan
populasi: Menurun
Populasi Lovebird Black-cheeked, berdasarkan survei 1994,
Diperkirakan sekitar 10.000 individu. Sekarang populasinya dapat bervariasi pada
kisaran antara 3.500 dan 15.000 burung.
Ada tiga faktor yang diyakini telah menyebabkan hilangnya
populasi Lovebird Black-cheeked pada akhir abad ini :
· Perburuan dan penangkapan liar secara besar-besaran untuk perdagangan burung dari tahun 1920 hingga Dasawarsa 1960 (Moreau 1948, Dodman
1995c)
· Hilangnya habitat
mereka (Moreau 1948, Dodman 1995c), ini mungkin merupakan ancaman utama bagi
spesies ini yang sangat terlokalisasi (Warburton 2003).
· Beralihnya sebagian
besar para petani dalam bercocok tanam dari tanaman sorgum dan millet, (sumber makanan
utama).
Ada bukti bahwa perdagangan Lovebird Black-cheeked liar saat ini bisa ditekan pada
tingkat yang sangat rendah, dengan adanya proteksi sebagai upaya pencegahan dalam ekspor perdagangan. (Dodman 1995c, Warburton y Perrin 2005c), meskipun jelas
bahwa permintaan internasional sangat banyak (Warburton y Perrin 2005a, (d)).
Beberapa burung yang ditangkap dipakai untuk konsumsi dan juga dikejar karena dianggap sebagai hama. Petani melakukan ini sebagai langkah untuk mengurangi kerusakan pada tanaman,
tetapi upaya tersebut sangat tidak efektif. Tingkat perburuan saat ini tidak
memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap populasi, tetapi sangat
membahayakan dan merugikan bagi penduduk lokal yang menderita akibat dilanda kekeringan.
Baru-baru ini diperkirakan ada penurunan populasi secara lokal karena
hilangnya persediaan air di musim kemarau, adanya perubahan iklim dalam
waktu jangka panjang menjadi penyebabnya. Jumlah sumber air permanen di hutan Mopane telah menurun
sejak awal abad ke 20. Ketersediaan air yang sangat rendah di musim kemarau adalah
merupakan faktor utama dalam hilangnya populasi permanen di Bovu dan Sungai
Sinde, dan berkurangnya populasi di sungai Ngweze. Ini diperparah oleh
penurunan curah hujan tahunan di habitatnya, rata-rata, sekitar 5 mm per tahun
antara tahun 1950 sampai 1995, hal ini menyebabkan mereka tergantung pada sumber air
buatan. Pembuatan sumur pompa tangan di sepanjang cekungan sungai Ngweze, tidak
mencukupi dan dapat menyebabkan penurunan ketersediaan air.
Di beberapa daerah, genangan air diracuni untuk membunuh ikan
dan ini dapat mempengaruhi populasi.
Spesies ini juga terancam oleh penurunan air di musim kemarau
dari sungai musiman di Zambia barat daya, karena penurunan tingkat curah hujan.
Pohon Mopane dieksploitasi untuk dijadikan kayu bakar dan kayu,
meskipun habitatnya sedang dilakukan regenerasi mereka berpindah ke habitat
lain di beberapa daerah.
Virus Penyakit paruh dan bulu yang menyerang di populasi liar,
tidak ada bukti bahwa ini adalah merupakan ancaman serius untuk populasinya.
Tindakan konservasi yang
sedang dilakukan CITES Appendix II.
· Tangkapan burung untuk
perdagangan dilarang (T. Dodman dalam sedikit, 2000), meskipun masih ada
sejumlah populasi dalam kandang peliharaan.
· Di Zambia, larangan
perdagangan diterapkan pada burung liar sejak tahun 1930 (Warburton y Perrin 2005d).
· Sekitar 35% habitat
mereka terletak di dalam Taman Nasional Kafue dan di sekitar Area Pengelolaan
Permainan (P. Leonard dalam sedikit., 1999, T. Dodman dalam sedikit., 2000),
sementara sebagian besar area utama termasuk dalam Machile dan Taman Nasional
IBA Kafue (Leonard 2005).
· Program penelitian
terperinci mengenai spesies ini mulai dilakukan pada awal 1990 (1995b Dodman,
Warburton 1999a, b, Dodman dkk., 2000, T. Dodman di beberapa. 2000) di mana
mereka telah mempublikasikan laporan.
· Sebuah proyek pendidikan
yang Fokus pada spesies ini diadakan di Zambia barat daya pada bulan September
2001, partisipasi sekolah lokal, pemukim dan penjelajah Wildlife Authority of
Zambia (Warburton, 2003).
Sumber: Birdlife
Tindakan Konservasi
yang Diusulkan:
· Tindakan rutin (misalnya, bulanan) untuk melakukan pemantauan pada lokasi yang dipilih (seperti ketersediaan
sumber air selama musim kemarau) untuk mengendalikan populasi mereka, dengan
fokus pada pokok penyebaran (Dodman 1995c, Dodman dkk. 2000, Warburton 2003,
Warburton y Perrin 2005d).
· Melakukan pemantauan area
tiap tahun akan ketersediaan sumber air pada musim kemarau seperti pada wilayah
sungai-sungai di pertengahan Machile, Not chifulo dan kolam-kolam Taman Nasional
Kafu Selatan (Warburton y Perrin 2005d).
· Melakukan penelitian
akan keadaan mereka di Caprivi Timur (Dodman (1995c, Dodman et al., 2000).
· Mendorong mereka agar kembali menempati area-area pada habitat lama yang masih terjangkau (Warburton 1999b).
· Sosialisasi program
pendidikan lingkungan yang melibatkan kunjungan sekolah dan pertemuan dengan
komunitas pertanian (Dodman 1995c, Dodman dkk. 2000, Warburton 2003) untuk mencegah
dan mengurangi penangkapan liar dan gangguan pada sumber air (Warburton y Perrin
2005d).
· Memberikan pelatihan tentang
ornitologi dan konservasi potensi pemandu burung lokal dan pertemuan dengan
orang-orang tentang perlindungan sumber daya, seperti pohon dan air (Dodman
1995c).
· Mempertahankan dan
menciptakan sumber daya air dengan meminimalkan gangguan (Warburton 2003).
· Terus menegakkan
larangan perdagangan burung liar dari spesies ini (Warburton 2003, Warburton y
Perrin 2005d) dan mengembangkan program penangkaran lebih lanjut.
· Melakukan penelitian dan menyelidiki efek
dari pembakaran benih rumput (Warburton y Perrin 2005b). - Pengelolaan sumber
air untuk mendorong penggunaannya oleh spesies, dan mengevaluasi dampak dari penggunaan
sumur pompa akan ketersediaan pasokan sumber air (Warburton y Perrin 2005d).
· Membuat kawasan atau
situs yang dapat diakses secara mudah dikunjungi di mana pengunjung dapat pergi
untuk melihat spesies, dan pilihan ini bisa menjamin untuk menghasilkan
pendapatan melalui ekowisata, Dalam kolaborasi dengan BirdWatch Zambia (T.
Dodman di beberapa. 2012).
Sumber: Birdlife
Di Penangkaran:
Agapornis Nigrigenis ini relatif mudah untuk berkembang biak dalam penangkaran. Sayang peminat spesies ini pada pertengahan abad ke 20 mengalami penurunan sehingga sat ini sulit di temukan di penangkaran.
Agapornis Nigrigenis secara umum sulit didapat di pasaran karena burung ini sudah
dibatasi untuk tujuan ekspor dari negara asalnya. Burung ini bisa dipelihara
secara berkelompok bahkan dicampur dengan burung lain.
The Black-cheeked Lovebird tidak terlalu berisik jika dibandingkan dengan spesies burung Lovebird lainnya, mereka suka menikmati mandi, gemar mengunyah, dan hidup bersosial. Mereka beradaptasi dengan baik dalam kandang besar, dapat hidup berdampingan dengan burung dari spesies yang sama dan dengan Lovebird Lilian (Agapornis lilianae); jika dalam ruang terbatas atau sempit, mereka dapat saling bertarung, meskipun umumnya lebih damai dibandingkan spesies lain Agapornis. Burung dewasa maupun yang burung muda yang baru diimpor, sangat rentan pada 10 bulan pertama, dan akan lebih tahan setelah aklimatisasi.
Burung tangkapan dari alam tidak akan bisa jinak. Mereka tidak suka dengan kebisingan, jadi kurang cocok dalam hubungan dekat dengan manusia.
Warna mutasi lovebird kaca mata pipi htam adalah lovebird kaca
mata pipi hitam kuning (lovebird kuning).