Menyelamatkan Gelatik Jawa dan Candi
Prambanan
Monitoring sarang buatan yang dipasang untuk
Gelatik jawa
Judul Proyek : Memadukan Konservasi Gelatik Jawa dan Konservasi Cagar
Budaya, Inisiatif awal pengembangan model
kawasan konservasi setempat
Jangka Waktu: 1 tahun
Manager Proyek : Sunaring Kurniandaru, Ssi.
Mitra : Ford Motor
Company, PT Taman
Wisata Candi Borobudur Prambanan (PT. TWCBP), Dinas Purbakala DI.Yogyakarta,
Balai Konservasi Sumber Daya Alam DI.Yogyakarta (BKSDAY)
Siapa yang
tidak mengenal candi Prambanan? Keanggunan dan keindahannya membuat banyak
orang tertarik untuk menyaksikannya lebih dekat. Bahkan candi purbakala yang
dibangun oleh Dinasty Syailendra ini termasuk dalam World Heritage List Number 642.
Bagi yang
pernah atau sering berkunjung ke candi Prambanan mereka tidak hanya menyaksikan
keindahan nilai seni sang candi tapi juga akan menemukan keindahan lainnya.
Yang sedang bersembunyi malu-malu di antara bebatuan candi. Seekor atau
beberapa ekor yang membentuk sebuah kelompok kecil burung berwarna indah.
Dialah gelatik Jawa (Padda
orizyvora–VU).
Mereka
beterbangan kesana-sini dari ratna satu ke ratna yang lainnya. Bermain-main
dengan sejarah masa lalu yang tersimpan rapi diantara pahatan batu-batu candi.
Sesekali mereka behenti dan beristirahat di ujung candi atau menyelinap di
sela-sela bebatuan candi. Di sanalah mereka membangun sarangnya. Apalagi jumlah
populasi tertinggi gelatik Jawa tertinggi ada di kompleks Candi Prambanan.
Namun
permasalahan baru muncul ketika pihak pengelola yaitu Dinas Purbakala D.I.Y
memulai program restorasi candi dengan cara melakukan pembersihan lumut, rumput
dan material sarang yang berada di celah-celah batu candi. Karena mereka
menganggap lumut, rumput dan material sarang gelatik Jawa dapat mempercepat
proses pelapukan batuan candi. Pembersihan ini dimulai pada tahun 2003 dan
dilakukan secara berkala sampai sekarang.
Sebuah
permasalahan yang cukup dilematis disaat gerakan konservasi gelatik Jawa terus
digalakkan karena populasinya yang semakin menurun akibat praktik perburuan dan
di sisi yang lain salah satu habitat mereka yang tersisa juga harus menghilang
karena konservasi cagar budaya juga merupakan hal yang penting. Terlebih lagi
kondisi candi yang semakin parah akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 lalu
yang hampir meluluh lantakkan bangunan candi yang sudah berdiri berabad-abad
lamanya itu. Kepentingan konservasi gelatik Jawa semakin tersisihkan selain
mereka juga kehilangan sarang.
Seekor Gelatik Jawa yang telah menggunakan
sarang buatan yang ditempatkan
Melihat
kondisi tersebut, Yayasan Kutilang Indonesia menginisiasikan pengambangan model
pengelolaan kawasan konservasi setempat. Bentuk pengelolaan kawasan ini disusun
bersama oleh para pihak yang terkait, termasuk para pemburu burung yang ada di
kawasan candi Prambanan, sehingga akan menjamin keberlangsungan pengelolaan
Gelatik Jawa dalam jangka panjang.
Melalui pendekatan
ini diharapkan masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam konservasi
keanekaragaman hayati dengan melindungi kawasan-kawasan yang memiliki nilai
penting bagi keanekaragaman hayati yang berada di sekitar lingkungan tempat
hidup kita. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk melakukan
bentuk-bentuk pengelolaan kawasan secara praktis, misalnya melalui pemasangan
sarang buatan untuk berbagai jenis burung dan menanam vegetasi yang dibutuhkan.