Friday February 6th, 2009,
Sumber :
RUMAH
BARU UNTUK KAWANAN BURUNG GELATIK DI CANDI PRAMBANAN
Raut muka
Sunaring Kurniandaru, aktivis dari Yayasan Kutilang Indonesia terlihat begitu
gembira. Setelah menunggu sekitar tujuh bulan, awal April lalu, tiga dari 50
nest box yang dipasang di pepohonan yang tumbuh di sekitar Candi Prambanan
mulai digunakan sebagai ‘rumah baru’ oleh kawanan burung gelatik yang biasa
membangun sarang di bangunan candi itu. Ada harapan, upaya konservasi terhadap
jenis burung yang mulai terancam punah itu akan berhasil.
Siang itu,
terlihat seekor gelatik sedang mengerami telur di dalam nest box yang di pasang
di pohon randu yang tumbuh di selatan Candi Prambanan. Sesekali, kepalanya
keluar dari lubang nest box, mungkin untuk mengetahui situasi di sekitarnya,
aman atau tidak. Sementara itu, dua pasang gelatik lainnya tampak keluar
masuk ke dalam dua nest box berbeda. Salah satu nest box itu sebelumnya sempat
digunakan burung kerak kerbau (Javan myna/Acridotheres
javanicus) untuk bertelur. Tampaknya mereka sedang melakukan
observasi.
Masih di
pohon yang sama, ada pasangan gelatik lainnya yang sedang membangun
sarang di suatu lubang yang ada di batang pohon randu itu. Secara bergantian,
gelatik jantan dan betina mengambil daun cemara kering untuk bahan membangun
sarang. “Saya senang sekali,” ujar Sunaring setelah mengetahui kawanan
gelatik yang hidup di kawasan Candi Prambanan mau menggunakan nest boxnya.
Semula ia
sudah pesimis. Namun ia tetap berusaha keras memancing kawanan burung itu untuk
singgah di rumah barunya. Salah satunya adalah dengan menempatkan bulir-bulir
padi di sekitar nest box yang di pasang pada ketinggian lebih dari 15 meter
itu.
Gelatik (Padda oryzivora) adalah salah
satu spesies burung endemik Pulau Jawa yang terancam punah. Bulunya didominasi
warna abu-abu metalik, bagian kepala dan ekor hitam, pipinya putih, paruhnya
merah dan bulu perut berwarna sedikit merah. Kombinasi ini menjadikan gelatik
sebagai burung yang menarik. Tidak heran jika banyak orang ingin memeliharanya.
Akibatnya
gelatik yang berukuran kecil ini banyak diburu sehingga menyebabkan populasinya
terus menurun. Penggemar gelatik ternyata tidak terbatas di
Indonesia saja. Di Inggris, misalnya ada pula komunitas pecinta burung glatik,
namanya Java Sparrow Society UK. Karena kecantikannya ini pula, sudah lama
gelatik diintrodusir ke beberapa wilayah di luar Pulau Jawa. Gelatik juga
ditemukan di Kepulauan Hawaii, Pulau Christmast dan Australia.
Selain
diburu, dampak penggunaan pestisida di areal persawahan juga menjadi penyebab
turunnya populasi gelatik di alam bebas. Di alam bebas, padi adalah makanan
utama gelatik. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh gelatik menyebabkan cangkang
telurnya mudah pecah.
Meskipun
jumlah populasinya kian menurun, pemerintah Indonesia belum menetapkan gelatik
sebagai satwa dilindungi. Namun secara international, gelatik sudah dilindungi.
Red List Book dari International Union for the Conservation of Nature and
natural Resources (IUCN) memasukannya dalam kategori vulnerable. Sedangkan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora) mencatatnya dalam appendix II, artinya perdagangan gelatik harus diawasi
supaya tidak punah.
Di
Yogyakarta sendiri, kawanan gelatik tinggal sekitar 200 ekor. Mereka dapat
ditemukan di kawasan Hotel Melia Purosani di pusat kota Yogyakarta, di Panggang
(Kabupaten Gunung Kidul) dan di Candi Prambanan yang terletak di perbatasan
Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Yogyakarta.
Mengapa
Kutilang, sebuah NGO yang mempunyai perhatian terhadap pelestarian burung ini
memilih memasang nest box di sekitar Candi Prambanan ? Sejak dari
dulu, kawanan gelatik yang suka bersarang di sela-sela bebatuan Candi Prambanan
itu dianggap sebagai salah satu faktor yang mengancam keutuhan batu candi.
“Setelah bersenyawa dengan air hujan, kotoran gelatik yang menempel pada batuan
candi akan merangsang tumbuhnya jamur yang membuat batuan candi menjadi cepat
lapuk,” ujar Herjuno dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Unit
Candi Prambanan.
Untuk
menjaga kelestarian candi, maka BP3 Unit Candi Prambanan melakukan penyemprotan
tiap 2 hingga 3 bulan sekali. Penyemprotan ini menyebabkan sarang-sarang burung
gelatik menjadi berantakan. Akibatnya, populasinya menjadi sulit
bertambah.
Dengan
memasang nest box di pepohonan yang tumbuh di sekitar Candi Prambanan, Sunaring
berharap kawanan gelatik itu tidak akan membuat sarang lagi di celah-celah batu
bangunan Candi Prambanan. Minimal, pasangan gelatik yang membuat sarang di
bangunan candi berkurang. Dengan demikian, konservasi Candi Prambanan dan
spesies gelatik dapat berjalan seiring. “Kami menyambut positif pemasangan nest
box ini,” tambah Herjuno.
Bersarang di
‘rumah baru’ juga membuat keamanan anakan gelatik lebih terjamin sebab mereka
tidak dapat keluar sebelum mampu terbang. “Bila bersarang di celah bangunan
candi, anak-anak gelatik itu kadang-kadang keluar dari sarang, jatuh
dan mati,” ujar Sunaring seraya mengatakan kawanan gelatik itu biasa bersarang
di bagian bangunan candi yang tingginya sekitar 20 meter.
Ke depan,
jika populasi gelatik di Candi Prambanan dapat berkembang pesat, ada perburuan
pun tidak menjadi persoalan “Tetapi dengan jumlah kuota tertentu,” tandas
Sunaring, perempuan yang masih kuliah di Universitas Atma Jaya ini.
Hingga saat
ini, perburuan terhadap gelatik yang hidup di kawasan Candi Prambanan masih
terus terjadi. Selain untuk piaraan, gelatik juga digunakan masyarakat sekitar
Candi Prambanan dan Klaten (Jawa tengah) sebagai pelengkap saat
mengadakan upacara mitoni,suatu
upacara khusus yang dilakukan masyarakat Jawa saat kandungan seorang ibu
memasuki usia 7 bulan. Ada kepercayaan, si ibu yang tengah
mengandung itu harus makan sepasang gelatik agar anaknya berwajah
rupawan. Selain itu gelatik juga menjadi salah satu menu yang ada
saat masyarakat jawa di sekitar Candi Prambanan dan Klaten mengadakan
upacara nyewu. Ini
adalah upacara selamatan untuk mendoakan orang yang telah meninggal seribu hari
lalu.
Bagi
pengelola Taman Wisata Candi Prambanan, jumlah populasi gelatik yang bertambah
itu diharapkan dapat kian menarik wisatawan untuk melihat candi Hindu ini.
“Kami berharap jumlah populasi gelatik yang bertambah dapat makin menambah daya
tarik Candi Prambanan,” ujar Wahono dari seksi Aneka Usaha, PT Taman
Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, pengelola taman wisata Candi
Prambanan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampui, begitu
pepatah mengatakan.
Ke depan
para wisatawan selain menikmati keindahan Candi Prambanan, mereka juga dapat
menikmati keindahan burung gelatik yang sudah langka itu dengan segala
aktivitasnya di sekitar Candi Prmabanan. Dengan adanya ‘rumah baru’ untuk
kawanan gelatik itu, wisata di Candi Prambanan kian menyenangkan.